Potensi Pasar Jaten Kampung Jawi sebagai Sumber Pemasukan Masyarakat Sukorejo

 

(Suasana Pasar Jaten Kampung Jawi di malam hari yang terletak di Kalialang Lama, Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Sumber gambar: merdeka.com)

Pasar Jaten merupakan salah satu destinasi wisata bernuansa Jawa kuno yang banyak diminati orang. Pengunjung Pasar Jaten ini tidak hanya dari warga sekitar, namun dari luar kota Semarang seperti Bogor, Bandung, Sragen dan kota lainnya. Pasar Jaten terletak di Kalialang Lama, Sukorejo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

Pasar Jaten digagas oleh Siswanto selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pasar Jaten mulai dibangun pada tahun 2016, dan diresmikan oleh Hendrar Prihadi selaku Walikota Semarang pada Minggu, 25 Februari 2018. Tema dari Pasar Jaten ini mengusung konsep tradisional. Nuansa pasar khas Jawa dapat dilihat dari properti, pakaian pedagang, pertunjukan, makanan dan minuman.

Mengusung konsep tradisional, pedagang di Pasar Jaten menggunakan gubuk sebagai stand makanan, bangku maupun meja dari kayu sebagai tempat duduk pengunjung, penerangan berupa lampu sentir. Selain itu, pedagang di sana mengenakan pakaian tradisional, seperti kebaya, kain batik, jarik, serta blangkon. Serba-serbi makanan dan minuman tradisional tersedia. Makanan dan minuman tradisional seperti wedangan, jamu tradisional, sego pecel pincuk, sop ndoro ayu, es campur, kopi, es gempol, sego kuluban, jagung bakar, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu, beragam alat makan dan minum tradisional terbuat dari rotan, daun pisang, daun jati tersedia di Pasar Jaten bernuansa tradisional. Lantunan alat musik tradisional seperti gamelan turut melengkapi nuansa khas Jawa. Lagu yang dinyanyikan juga lagu jawa tradisional, namun diselingi juga dengan lagu-lagu zaman sekarang seperti pop, jazz, dan lain sebagainya. Melihat semakin banyaknya pengunjung anak-anak muda turut berpartisipasi meramaikan Pasar Jaten.

Hal unik yang ada di Pasar Jaten Kampung Jawi dapat dilihat dari sistem transaksi pembayaran makanan dan minuman. Pasar biasa, orang melakukan pembayaran dengan uang kertas atau koin. Namun, berbeda dengan Pasar Jaten yang menggunakan Kepeng sebagai alat transaksi. Pengunjung diharuskan menukarkan sejumlah uang dengan alat transaksi khas Kampung Jawi yang disebut Kepeng. Satu kepeng bernilai Rp3.000. Pengunjung bisa menukarkan sejumlah uang dengan Kepeng sesuai kebutuhan sebelum memasuki pasar. Apabila pengunjung tersebut masih mempunyai sisa kepeng, maka dapat ditukarkan kembali dengan rupiah.

Dahulu, Pasar Jaten dibuka setiap pagi, namun saat ini mulai dibuka pada sore sampai malam hari sekitar pukul 22.00 WIB. Siswanto menceritakan awalnya Pasar Jaten dibuka setiap pagi pukul 08.00-11.00 WIB. Namun, melihat antusias dari pengunjung yang semakin ramai, pihaknya memberanikan diri dan berinisiatif membuka Pasar Jaten setiap malam kecuali Senin (bulletin amanat.id).

“Awalnya pasar ini hanya dibuka setiap Minggu Legi. Namun, karena mendapat sambutan positif dari pengunjung, kami putuskan untuk menambah jam bukanya,” jelas Siswanto.

Daya tarik pengunjung yang tinggi terhadap Pasar Jaten, mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Mengutip dari bulletin amanat.id , salah satu pedagang di Pasar Jaten Nanik Rahayu (47) mengaku dirinya terbantu dengan adanya wisata destinasi kuliner Kampung Jawi. Ia mengatakan, bahwa pendapatannya lebih banyak dibandingkan saat ia masih menjadi pedagang bakso di tempatnya dulu.

“Dulu sebelum ada angkringan ini, keuntungannya kadang sehari cuma Rp100 ribu, bahkan pernah hanya terjual satu mangkok saja. Kalau sekarang sudah bisa mencapai 1 juta”, jelasnya.

Hasil keuntungan dari setiap pedagang dipotong sebesar 10 persen untuk iuran bersama pengembangan fasilitas pasar. Hal tersebut secara perlahan dapat mengembangkan Pasar Jaten Kampung Jawi menjadi lebih baik. Kesolidan dan keramahan warga setempat dalam membangun Pasar Jaten perlu diapresiasi dengan baik.

Wujud apresiasi untuk Kampung Jawi dibuktikan dengan keberhasilannya menyabet juara pertama di ajang Trisakti Tourism Award (TTA) 2021 pada kategori desa wisata kuliner. TTA 2021 ini merupakan ajang bergengsi perlombaan pariwisata yang digelar oleh DPP PDI Perjuangan. Ajang yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan di desa.

Sejauh ini, Kampung Jawi sudah banyak mengalami perubahan yang baik. Berbagai fasilitas seperti kamar mandi, musala, tempat mencuci tangan, tempat pengecekan suhu, tempat parkir, dan lain sebagainya tersedia di sana. Perbaikan terhadap fasilitas yang rusak pun kian ditangani dan diperbaiki oleh pihak setempat.

Keberhasilan yang diraih oleh Kampung Jawi sebagai desa wisata kuliner terbaik, tak luput dari kerja sama berbagai pihak. Penghargaan yang diraih dapat menjadi alarm untuk memicu semangat para pelaku pariwisata Jawa Tengah khususnya di desa-desa agar dapat terus berkreasi dan berinovasi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan Keluh

Relung Hati Sahabat

Gapai Senyum